TENTANG HARI INI 25 NOPEMBER 2019
Hari ini, Senin 25 Nopember 2019 ketika semua bersukaria di seluruh pelosok negeri ini dengan pelbagai ucapan "Selamat Hari Guru". Serentak itu pun saya lantas memberikan ucapan yang sama atas jasa para guruku ketika saya mulai membaca dan menulis hingga para dosenku. Dengan semangat "Hari Guru" yang sama, saya pun beranjak dari rumah untuk merayakannya bersama rekan-rekan guruku dan para murid di salah satu sekolah menengah swasta di kota Larantuka. Seragam PGRI memberikan warna spesial pagi ini di jajaran para guru. Saling sapa bahkan beberapa siswa memberikan suntingan bunga dada dan setangkai kembang kepada semua guru menambah rasa haru yang mendalam. Tepatnya di salah satu pojok sekolah tanpa disadari seorang siswa mendatangi saya dan memberikan setangkai bunga dibarengi dengan seorang siswi yang menyunting bunga di dadaku. "Terima kasih, terima kasih", sebagai ucapan membalas pemberian kedua murid itu. Acara pun berlanjut dengan misa perdana seorang alumni yang beberapa waktu lalu ditahbiskan di tempat lain dan ramah tamah di aula sekolah. Di luar dugaan bahwa sekelompok siswa tidak menghadiri Perayaan Ekaristi. Mereka menutup pintu dan bersembunyi di ruangan kelasnya. Rasa marah tidak bisa terelak atas perilaku beberapa siswa ini. Dengan penuh sabar mereka diajak untuk berkumpul di depan ruang guru untuk dinasehati. "Apakah tidak bisa kalian membahagiakan guru-gurumu, hanya untuk hari bahagianya ini dengan perilaku kalian yang menyenangkan hatinya?". Itulah sepenggal ungkapan yang spontan terucap sebagai ekspresi kemarahanku.
Masih dengan warna kegembiraan yang sama, namun suasana hatiku sudah berubah, bercampur sedikit penyesalan atas tingkah beberapa murid ini. Ketika tiba waktunya untuk makan siang datang lagi beberapa kelompok siswa yang tidak diketahui arah datangnya. Satu hal yang pasti bahwa sebelumnya mereka tidak ada di aula untuk mengikuti rangkaian acara ramah tamah. Namun yang membuat kaget bahwa aroma alkohol cukup menyengat dari mulut beberapa siswa tersebut. Saya lantaran berhenti makan lalu berusaha menghalau mereka untuk jauh dari aula untuk menghindari kemarahan berikutnya. Menu lauk kuah ikan terasa semakin asam dengan ulah murid-muridku tersebut. Satu posri makan itu pun tidak bisa lagi kuhabiskan dan dengan penyesalan yang mendalam, ditambah lagi dengan teriknya matahari siang itu, maka saya memilih untuk harus pulang dengan sakit kepala yang luar biasa. Dan di pantai ini, dengan segelas kopi pahit kumenulis kisah ini.
Datang lagi seorang alumni, mendekati dan memberikan salam sambil mencium tanganku sambil berucap; "Pak, kenapa tidak hadiri acara di sekolah? Bukankah hari ini ada pesta di sekolah?" Dengan sedikit menutupi rasa kesal, saya hanya bisa menjawabnya, "Saya baru dari sekolah, tetapi karena sakit kepala maka saya mencari kopi pahit di pantai ini". Mungkin ini yang bisa kutitipkan di dinding ini, di hari guru nasional 25 Nopember 2019. Mari kita merenungkan ini wahai bapak/ibu guru, murid-muridku yang tersayang dan bapak/ibu orang tua/wali murid.
Datang lagi seorang alumni, mendekati dan memberikan salam sambil mencium tanganku sambil berucap; "Pak, kenapa tidak hadiri acara di sekolah? Bukankah hari ini ada pesta di sekolah?" Dengan sedikit menutupi rasa kesal, saya hanya bisa menjawabnya, "Saya baru dari sekolah, tetapi karena sakit kepala maka saya mencari kopi pahit di pantai ini". Mungkin ini yang bisa kutitipkan di dinding ini, di hari guru nasional 25 Nopember 2019. Mari kita merenungkan ini wahai bapak/ibu guru, murid-muridku yang tersayang dan bapak/ibu orang tua/wali murid.
Pantai Suster Lebao, 25 Nop 2019
Komentar
Posting Komentar